Ngobrolin #18: Terminator 3 - Rise of the Machine (2003)


Banyak orang yang membenci Terminator 3 karena terlalu berbeda dari film sebelumnya di seri ini. Tentu T3 terasa lebih mengarah kepada film aksi klasik daripada grimdark science fiction yang terdapat di Terminator 2 digantikan oleh komedi yang terkadang terasa seperti sedikit dipaksakan. Namun sebagai sebuah film yang berdiri sendiri T3 masih dapat dinikmati.

Plot dalam film ini sangat tipis, lupakan saja bagaimana T1 dan T2 membentuk sebuah kisah yang sangat menarik, T3 lebih befokus kepada action. Mungkin hal tersebut adalah taktik dari sang sutradara yaitu Jonathan Mostow. Karakternya seperti John Connor dan Kate Brewster terasa sangat generik, Nick Sthal tidak bisa mencapai level yang sama dengan Edward Furlong dalam memerankan John Connor.

Sepertinya gue tidak bisa membahas dengan bebas film ini tanpa membicarakan endingnya, jadi paragraf ini akan dipenuhi dengan spoiler. Ending dari film ini sangat mengejutkan saat gue pertama kali menontonnya. Dibalik topeng action comedy, film ini membawa pesan sangat berat dan menyedihkan. T- 101 di film ini memiliki misi yang berbeda dari film sebelumnya. Ia tidak lagi berusaha untuk menghentikan kehancuran manusia, namun ia bertugas untuk menjamin John dan Kate selamat dalam kebangkitan skynet. Setelah terhambat selama 10 tahun akhirnya skynet beroprasi dan memulai misinya dalam menguasai dunia. Ending ini membuat gue tercengang. Terminator selalu menjadi film yang memberikan motivasi, dimana karakter dalam film tersebut bertarung melawan takdir. Namun film ini berputar 180 derajat dari pesan tersebut.

T3 tentunya masih dapat dinikmati sebagai sebuah film aksi, namun sayangnya ia membawa nama terminator yang tentunya menaikkan ekspetasi semua orang terhadap film ini.

Comments