Ngobrolin #47: Rocky (1976)

Rocky adalah film dengan genre sports drama. Disutradarai oleh  John G. Advilsen dan ditulis oleh pemeran utamanya yaitu Sylvester Stallone. Kisah belakang film ini cukup unik karena Stallone saat itu bukanlah bintang laga yang terkenal seperti sekarang, di era tersebut aktor utama dikuasai oleh para pemuda dengan wajah yang rupawan. Sehingga ia menulis naskah untuk sebuah film dimana ia bisa memerankan karakter utamanya. Film ini sangat sukses secara finansial, dengan anggaran sebanyak 1 juta US dollar,ia berhasil meraih keuntungan lebih dari 200 kali lipatnya.

Rocky berkisah tentang seorang petinju amatir bernama Rocky Balboa, seorang atlit berusia 30 tahun yang tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi professional. Ia tinggal di sebuah daerah kumuh di Philadhelphia. Untuk menyambung hidupnya, Rocky harus bekerja sebagai penagih hutang. Karena kebetulan yang sangat luar biasa, Rocky mendapatkan kesempatan untuk bertanding melawan juara kelas berat, Apollo Creed. Kesempatan tersebut akan merubah hidup Rocky selamanya.

Seperti yang pernah saya tulis dalam post mengenai Moneyball, film dengan genre drama olahraga hampir tidak pernah berfokus pada olahraganya, begitu juga jengan Rocky. Film ini lebih berfokus kepada kehidupan si karakter utamanya. Kita melihat Rocky berinteraksi dengan orang- orang di sekitarnya. Bagaimana ia memperlakukan orang- orang yang dia kenal, bagaimana ia sangat dicintai oleh komunitas di daerah tempat ia tinggal dan bagimana kesempatan besar yang datang padanya mempengaruhi hidupnya dan orang- orang disekitarnya.

Rocky sendiri merupakan karakter yang unik untuk genre film seperti ini, ia bukanlah rising star atau bintang muda yang mencoba terjun ke dalam dunia tinju. Rocky bisa dibilang sudah tua untuk umur seorang atlit, masa- masa terbaiknya sudah lewat dan ia tidak pernah mendapatkan kesempatan sekali pun untuk menunjukkan kemampuannya.

Sulit sekali untuk tidak merasa emosional saat menonton film ini. Rocky membawa anda ke dunia yang sangat unik, namun di satu sisi sangat familiar untuk orang- orang yang menunggu kesempatannya untuk bersinar datang.

Comments