Prince of Darkness merupakan film karya John Carpenter. Film ini merupakan entri kedua dari tiga film yang biasa disebut sebagai apocalypse trilogy bersama dengan The Thing dan In the Mouth of Madness. Prince of Darkness merupakan film terakhir yang disutradari Carpenter di era 80an yang sering dibilang sebagai era keemasan untuknya.
Film ini bisa dibilang film yang sangat Carpenter. Banyak aktor yang sebelumnya bekerja dengan Carpenter kembali di film ini seperti Donald Pleaseance, Victor Wong dan Dennis Dun. Scoring seperti biasa ditangani oleh Carpenter sendiri bersama dengan Alan Howarth, mereka memang sudah sering berkolaborasi untuk banyak film sebelumnya.
Cerita dibuka dengan kematian seorang pendeta, sebelum meninggal ia mewariskan sebuah kunci yang membuka ruang bawah tanah di sebuah gereja. Sang pendeta juga meninggalkan sebuah diary yang menceritakan hidupnya selama ia menjaga makhluk yang berada dalam ruangan tersebut. Makhluk yang disebut Sleeper itu berbentuk seperti carian berwarna hijau yang terperangkap dalam sebuah tabung yang berada di tengah ruangan. Seorang pastur yang mewarisi kunci tersebut (diperankan oleh Donald Pleseance yang sebelumnya berperan sebagai Dr Loomis di seri film Halloween) akhirnya meminta bantuan seorang Professor (Victor Wong) untuk mengungkap rahasia dibalik makhluk yang terdapat di ruangan tersebut. Mereka tidak mengira apa yang mereka hadapi mungkin akan menjadi akhir dari umat manusia.
Prince of Darkness merupakan film yang lambat, atau yang biasa disebut slow-burn movie. Film yang slow- burn bukan berarti membosankan, namun film ini membutuhkan waktu yang lama untuk dapat bergerak maju. Slow- burn berarti pengendalian terhadap suspense, pengendalian terhadap rasa penasaran dari penonton. Semakin berjalannya cerita maka rasa penasaran penonton akan terbayarkan saat semuanya mulai terungkap.
Build-up film ini sangat hebat. 10 menit pertama dari film ini dihabiskan dengan opening credit yang dibarengi dengan prolog dari film. Selanjutnya film ini membutuhkan 10 menit lagi untuk dapat bergerak maju. Namun setelah film ini 'berjalan', film ini memiliki momentum yang luar biasa. Sedikit- demi sedikit rahasia mengenai Sleeper terungkap dan horror yang dibawa olehnya kepada umat manusia.
Saya sangat menyayangkan setelah build- up tersebut film ini justru melenceng ke arah lain. Daripada fokus kepada rahasia sleeper di paruh kedua, film ini justru berubah menjadi sebuah film zombie dimana karakternya terjebak dalam satu gedung bersama manusia yang dikendalikan oleh sleeper. Seperti biasa konsep yang bagus dari John Carpenter namun dibatasi dengan budget yang sangat minimal.
Comments
Post a Comment