Back to the Future part II merupakan sebuah sekuel yang sempurnya. Jika melihat di zaman sekarang bagaimana kedua film ini selalu disandingkan bersama- sama maka sulit untuk membayangkan orang- orang di tahun 80an perlu menunggu 4 tahun untuk bisa menyaksikan kelanjutan petualangan Marty McFly dan Doc Brown. Namun jangan salah, Back to the Future pertama tetap dapat disaksikan sebagai film yang berdiri sendiri, namun dengan eksistensi Back to the Future part II hal tersebut terasa tidak masuk akal.
Daripada sebuah sekuel, film ini lebih terasa seperti expansion atau add-on untuk film pertama. Film ini tidak bisa bergerak sendiri, namun harus bekerja tandem dengan film sebelumnya. Berbeda dengan Terminator 2 atau Evil Dead 2 yang bisa disaksikan sendiri tanpa menonton film sebelumnya. Jika Back to the Future pertama adalah cheeseburger maka Back to the Future part II adalah kentang goreng serta soft drink yang datang di dalam paketnya. Tidak seenak menu utamanya, tapi apakah lo akan puas hanya memakan cheeseburger tanpa makan kentang dan minum soda?
Satu- satunya komplain yang gue miliki dengan film ini adalah tingkat kerumitannya, gue merasa film ini terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Karakter utama menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan plot ke satu sama lain. Gue berharap film ini lebih santai dan simpel seperti film pertama. Bukannya gue tidak suka dengan cerita yang kompleks, tapi kekuatan utama dari seri ini bukanlah hal tersebut. Yang menjadi bagian paling menarik dari Back to the Future adalah kemungkinan- kemungkinan yang terlahir dari penjelajahan waktu serta paradoks yang diakibatkannya.
Trilogi Back to the Future memang lebih cocok jika ditonton secara maraton atau terus menerus, terdapat rasa urgensi yang diberikan di setiap endingnya sehingga kita terdorong untuk menonton film berikutnya. Jadi jika anda berencana menonton film ini maka siapkanlah waktu minimal 6 jam karena pasti anda akan menonton semuanya.
Comments
Post a Comment